Sumber
buku: Suryabrata, Sumadi.2010.Metodologi
Penelitian.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Salah
satu cara di antara cara-cara penggolongan itu, yaitu penggolongan berdasakan
atas sifat-sifat masalahnya dipergunakan dalam tulisan ini. Berdasarkan atas
sifat-sifat masalahnya itu, berbagai macam rancangan penelitian dapat
digolongkan menjadi sembilan macam kategori, yaitu:
1.
Penelitian historis
Ciri-ciri penelitian historis adalah:
a. Penelitian
historis lebih tergantung kepada data yang diobservasi orang lain daripada yang
diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja
yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya
sumber-sumbernya.
b. Berlainan
dengan anggapan yang populer, penelitian historis haruslah tertib-ketat,
sitematis dan tuntas, seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu
‘penelitian historis” hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak
reliabel dan berat sebelah.
c. “Penelitian
historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti (penulis)
secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang
dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu peneliti
melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas
dari kejadian aslinya. Di antara kedua sumber itu, sumber primer dipandang
sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas
dalam pengumpulan data.
d. Untuk
menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal
dan kritik internal. Kritik eksternal
menanyakan “Apakah dokumen relik itu otentik”, sedang kritik internal
menanyakan “Apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”.
Kritik internal harus menguji motif, keberat sebelahan, dan keterbatasan si
penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan
informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian
historis” itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih demanding
daripada studi eksperimental.
e. Walaupun
penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului
lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah
lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas. “Penelitian
historis” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua daripada yang umum
dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak
diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
2.
Penelitian deskriptif
Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:
a. Secara
harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam
arti ini penelitian deskriptif ini adalah akumulasi data dasar dalam cara
deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan,
mengetes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi,
walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat
mencakup juga metode-metode deskriptif. Tetapi para ahli dalam bidang
penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif
itu. Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan
mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan
penelitian eksperimental, dalam arti luas biasanya digunakan istilah penelitian
survey.
b. Tujuan
penelitian-penelitian survey adalah:
1) Untuk
mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada.
2) Untuk
mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan
praktek-praktek yang sedang berlangsung.
3) Untuk
membuat komparasi dan evaluasi.
4) Untuk
mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah
atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.
3.
Penelitian perkembangan
Ciri-ciri penelitian perkembangan adalah:
a. Penelitian
perkembangan memusatkan perhatian pada studi mengenai variabel-variabel dan
perkembangannya selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Tugasnya adalah
menjawab pertanyaan-pertanyaan “Bagaimanakah pola-pola pertumbuhan, lajunya,
arahnya, perurutannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satu sama lain
dan mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu?”.
b. Studi-studi
cross-sectional biasanya meliputi subyek lebih banyak, tetapi mencandra
faktor-faktor pertumbuhan yang lebih sedikit daripada studi-studi longitudinal.
Walaupun metode longitudinal itu adalah satu-satunya metode langsung untuk
mempelajari perkembangan manusia, namun cara pendekatan cross-sectional lebih
murah dan lebih cepat karena kurun waktu yang panjang diganti oleh pengambilan
sampel dari berbagai kelompok umur. Dalam metode cross sectional soal sampling
adalah rumit, karena anak-anak yang sama tidak terlibat dalam berbagai taraf
umur dan kelompok-kelompok umur yang berbeda itu mungkin tidak dapat
dibandingkan saru sama lain. Untuk membuat generalisasi intrinsik mengenai pola
perkembangan dari sampel anak-anak dari perurutan umur ini mengandung resiko
mencampuradukkan perbedaan-perbedaan antar kelompok yang timbul dari proses
sampling.
c. Studi-studi
kecenderungan mengandung kelemahan bahwa faktor-faktor yang dapat diramalkan
mungkin masuk dan memodifikasi atau membuat kecenderungan yang didasarkan masa
lampau menjadi tidak sah. Pada umumnya, ramalan untuk masa yang panjang adalah
hanya educated guess, sedang ramalan untuk waktu yang pendek lebih reliabel dan
lebih valid.
4.
Penelitian kasus dan penelitian lapangan
Ciri-ciri penelitian kasus dan penelitian lapangan:
a. Penelitian
kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya
merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenal unit tersebut.
Tergantung kepada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup
keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja, studi
demikian itu mungkin mengkonsentrasikan pada faktor-faktor khusus tertentu atau
dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian-kejadian.
b. Dibanding
dengan studi survey yang cenderung untuk meneliti sejumlah kecil variabel pada
unit sampel yang besar, studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang
kecil tetapi mengenal variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar
jumlahnya.
5.
Penelitian korelasional
Ciri-ciri penelitian korelasional adalah:
a. Penelitian
macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau
tak dapat diteliti dengan metode ekperimental atau tak dapat dimanipulasikan.
b. Studi
macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya
secara serentak dalam keadaan realistiknya.
c. Apa
yang diperoleh adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada
atau tidak adanya saling hubungan tersebut. Hal ini berbeda misalnya dengan
pada penelitian eksperimental, yang dapat memperoleh hasil mengenai ada atau
tidak adanya efek tertentu.
d. Penelitian
korelasional mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Hasilnya
cuma mengidentifikasikan apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling
hubungan yang bersifat kausal.
2) Jika
dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu
kurang tertib-ketat. Karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel
bebas.
3) Pola
saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur.
4) Sering
merangsang penggunaannya sebagai semacam short gun approach, yaitu memasukkan
berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang
berguna dan bermakna.
6.
Penelitian kausal komparatif
Penelitian kausal komparatif
bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang
dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai
“dependent variables”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa
lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.
7.
Penelitian eksperimental sungguhan
Ciri-ciri penelitian eksperimental sungguhan adalah:
a. Menuntut
pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara
tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan
randomisasi (pengaturan secara rambang).
b. Secara
khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan
dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai perlakuan eksperimental.
c. Internal
validity adalah sine qua non untuk rancangan ini dan merupakan tujuan pertama
metode eksperimental. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Apakah manipulasi
eksperimental pada studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan?
d. Tujuan
ke dua metode eksperimental adalah eksternal validiy yang menanyakan persoalan.
Seberapa representatifkah penemuan-penemuan penelitian ini dan seberapa jauh
hasil-hasilnya dapat digeneralisasikan kepada subyek-subyek atau
kondisi-kondisi yang semacam?
e. Dalam
rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting diusahakan agar
konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau
dibiarkan bervariasi. Kemajuan-kemajuan dalam metodologi, misalnya rancangan
faktorial dan analisis variabel telah memungkinkan peneliti untuk
memanipulasikan atau membiarkan bervariasi lebih dari satu variabel dan
sekaligus menggunakan lebih dari satu kelompok eksperimental. Hal-hal yang
demikian itu memungkinkan untuk secara serentak menentukan (1) efek variabel
bebas utama (perlakuan), (2) variasi yang berkaitan dengan variabel yang
digunakan untuk membuat klasifikasi, dan (3) interaksi kombinasi variabel bebas
dan/atau variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu.
f. Walaupun
cara pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara ini
memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel yang relevan, namun cara ini
juga paling restriktif dan dibuat-buat (artificial). Ciri inilah yang merupakan
kelemahan utama kalau metode ini dikenakan kepada manusia dalam dunianya.
Karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah lakunya dibatasi secara
artifisial, dimanipulasikan atau diobservasi secara sistematis atau dievaluasi.
8.
Penelitian eksperimental semu, dan
Ciri-ciri penelitian eksperimental semu adalah:
a. Penelitian
eksperimental semu secara khas mengenai keadaan yang praktis, yang didalamnya
adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali
beberapa dari variabel-variabel tersebut. Si peneliti mengusahakan untuk sampai
sedekat mungkin dengan ketertiban penelitian eksperimental yang sebenarnya,
dengan hati-hati menunjukkan perkecualian dan keterbatasannya. Karena itu,
penelitian ini ditandai oleh metode kontrol parsial berdasarkan atas
identifikasi secara hati-hati mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi internal
validity dan external validiy.
b. Perbedaan
antara penelitian eksperimental sungguhan dan penelitian eksperimental semu
adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan subyek adalah manusia, misalnya
dalam psikologi.
c. Walaupun
penelitian tindakan dapat mempunyai status eksperimental semu. Namun seringkali
penelitian tersebut sangat tidak formal, sehingga perlu diberi kategori
tersendiri. Sekali rencana peneliti telah dengan sistematis menguji masalah
validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan penjelajahan (exploratory). Maka
permulaan metode eksperimental telah mulai terwujud.
9.
Penelitian tindakan
Ciri-ciri penelitian tindakan adalah:
a. Praktis
dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b. Menyediakan
rangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan
baru, yang lebih baik daripada cara pendekatan impresionistik dan fragmentaris.
Cara penelitian ini juga empiris dalam artian bahwa penelitian tersebut mendasarkan
diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku dan tidak berdasar
pada pendapat subyektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
c. Fleksibel
dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya dan
mengorbankan kontrol untuk kepentingan on the spot the experimentation dan
inovasi.
d. Walaupun
berusaha supaya sistematis namun penelitian tindakan kekurangan ketertiban
ilmiah. Karena itu validitas internal dan eksternalnya adalah lemah. Tujuannya
situasional, sampelnya terbatas dan tidak representatif, dan kontrolnya
terhadap variabel bebas sangat kecil. Karena itu, hasil-hasilnya walaupun
berguna untuk dimensi praktis. Namun tidak secara langsung memberi sumbangan
kepada ilmunya.
ass,,mksih y kak Annisa..
BalasHapussmg mnjd berkah..,, numpang ngopi y kak..
slm knal,, dan kapan2 mampirlah ke blog aku :)
oke..silahkan kalau bermanfaat..^_^
BalasHapusoke insya Allah mampir..
assalamualaikum maaf boleh bertanya kalau tentang penelitian deskriptif itu halaman berapa ya?
BalasHapusizin kutip yaa soryy yaaa...
BalasHapus