Halaman

Senin, 22 April 2013

Resume Metodologi Penelitian oleh Sumadi Suryabrata

Sumber buku: Suryabrata, Sumadi.2010.Metodologi Penelitian.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


Salah satu cara di antara cara-cara penggolongan itu, yaitu penggolongan berdasakan atas sifat-sifat masalahnya dipergunakan dalam tulisan ini. Berdasarkan atas sifat-sifat masalahnya itu, berbagai macam rancangan penelitian dapat digolongkan menjadi sembilan macam kategori, yaitu:
1.        Penelitian historis
Ciri-ciri penelitian historis adalah:
a.       Penelitian historis lebih tergantung kepada data yang diobservasi orang lain daripada yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya.
b.      Berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian historis haruslah tertib-ketat, sitematis dan tuntas, seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu ‘penelitian historis” hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel dan berat sebelah.
c.       “Penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti (penulis) secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Di antara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
d.      Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan  kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “Apakah dokumen relik itu otentik”, sedang kritik internal menanyakan “Apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”. Kritik internal harus menguji motif, keberat sebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian historis” itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih demanding daripada studi eksperimental.
e.       Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas. “Penelitian historis” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua daripada yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
2.        Penelitian deskriptif
Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:
a.       Secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif ini adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mengetes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif. Tetapi para ahli dalam bidang penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu. Sementara ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental, dalam arti luas biasanya digunakan istilah penelitian survey.
b.      Tujuan penelitian-penelitian survey adalah:
1)      Untuk mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada.
2)      Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
3)      Untuk membuat komparasi dan evaluasi.
4)      Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.
3.        Penelitian perkembangan
Ciri-ciri penelitian perkembangan adalah:
a.       Penelitian perkembangan memusatkan perhatian pada studi mengenai variabel-variabel dan perkembangannya selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Tugasnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan “Bagaimanakah pola-pola pertumbuhan, lajunya, arahnya, perurutannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu?”.
b.      Studi-studi cross-sectional biasanya meliputi subyek lebih banyak, tetapi mencandra faktor-faktor pertumbuhan yang lebih sedikit daripada studi-studi longitudinal. Walaupun metode longitudinal itu adalah satu-satunya metode langsung untuk mempelajari perkembangan manusia, namun cara pendekatan cross-sectional lebih murah dan lebih cepat karena kurun waktu yang panjang diganti oleh pengambilan sampel dari berbagai kelompok umur. Dalam metode cross sectional soal sampling adalah rumit, karena anak-anak yang sama tidak terlibat dalam berbagai taraf umur dan kelompok-kelompok umur yang berbeda itu mungkin tidak dapat dibandingkan saru sama lain. Untuk membuat generalisasi intrinsik mengenai pola perkembangan dari sampel anak-anak dari perurutan umur ini mengandung resiko mencampuradukkan perbedaan-perbedaan antar kelompok yang timbul dari proses sampling.
c.       Studi-studi kecenderungan mengandung kelemahan bahwa faktor-faktor yang dapat diramalkan mungkin masuk dan memodifikasi atau membuat kecenderungan yang didasarkan masa lampau menjadi tidak sah. Pada umumnya, ramalan untuk masa yang panjang adalah hanya educated guess, sedang ramalan untuk waktu yang pendek lebih reliabel dan lebih valid.
4.        Penelitian kasus dan penelitian lapangan
Ciri-ciri penelitian kasus dan penelitian lapangan:
a.       Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenal unit tersebut. Tergantung kepada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja, studi demikian itu mungkin mengkonsentrasikan pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian-kejadian.
b.      Dibanding dengan studi survey yang cenderung untuk meneliti sejumlah kecil variabel pada unit sampel yang besar, studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenal variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.
5.        Penelitian korelasional
Ciri-ciri penelitian korelasional adalah:
a.       Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode ekperimental atau tak dapat dimanipulasikan.
b.      Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
c.       Apa yang diperoleh adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut. Hal ini berbeda misalnya dengan pada penelitian eksperimental, yang dapat memperoleh hasil mengenai ada atau tidak adanya efek tertentu.
d.      Penelitian korelasional mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain adalah sebagai berikut:
1)      Hasilnya cuma mengidentifikasikan apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal.
2)      Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat. Karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas.
3)      Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur.
4)      Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna dan bermakna.
6.        Penelitian kausal komparatif
Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variables”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.
7.        Penelitian eksperimental sungguhan
Ciri-ciri penelitian eksperimental sungguhan adalah:
a.       Menuntut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib-ketat, baik dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan secara rambang).
b.      Secara khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar” untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenai perlakuan eksperimental.
c.       Internal validity adalah sine qua non untuk rancangan ini dan merupakan tujuan pertama metode eksperimental. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Apakah manipulasi eksperimental pada studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan?
d.      Tujuan ke dua metode eksperimental adalah eksternal validiy yang menanyakan persoalan. Seberapa representatifkah penemuan-penemuan penelitian ini dan seberapa jauh hasil-hasilnya dapat digeneralisasikan kepada subyek-subyek atau kondisi-kondisi yang semacam?
e.       Dalam rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting diusahakan agar konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi. Kemajuan-kemajuan dalam metodologi, misalnya rancangan faktorial dan analisis variabel telah memungkinkan peneliti untuk memanipulasikan atau membiarkan bervariasi lebih dari satu variabel dan sekaligus menggunakan lebih dari satu kelompok eksperimental. Hal-hal yang demikian itu memungkinkan untuk secara serentak menentukan (1) efek variabel bebas utama (perlakuan), (2) variasi yang berkaitan dengan variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi, dan (3) interaksi kombinasi variabel bebas dan/atau variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi tertentu.
f.       Walaupun cara pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara ini memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel yang relevan, namun cara ini juga paling restriktif dan dibuat-buat (artificial). Ciri inilah yang merupakan kelemahan utama kalau metode ini dikenakan kepada manusia dalam dunianya. Karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah lakunya dibatasi secara artifisial, dimanipulasikan atau diobservasi secara sistematis atau dievaluasi.
8.        Penelitian eksperimental semu, dan
Ciri-ciri penelitian eksperimental semu adalah:
a.       Penelitian eksperimental semu secara khas mengenai keadaan yang praktis, yang didalamnya adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut. Si peneliti mengusahakan untuk sampai sedekat mungkin dengan ketertiban penelitian eksperimental yang sebenarnya, dengan hati-hati menunjukkan perkecualian dan keterbatasannya. Karena itu, penelitian ini ditandai oleh metode kontrol parsial berdasarkan atas identifikasi secara hati-hati mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi internal validity dan external validiy.
b.      Perbedaan antara penelitian eksperimental sungguhan dan penelitian eksperimental semu adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan subyek adalah manusia, misalnya dalam psikologi.
c.       Walaupun penelitian tindakan dapat mempunyai status eksperimental semu. Namun seringkali penelitian tersebut sangat tidak formal, sehingga perlu diberi kategori tersendiri. Sekali rencana peneliti telah dengan sistematis menguji masalah validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan penjelajahan (exploratory). Maka permulaan metode eksperimental telah mulai terwujud.
9.        Penelitian tindakan
Ciri-ciri penelitian tindakan adalah:
a.       Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b.      Menyediakan rangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembangan-perkembangan baru, yang lebih baik daripada cara pendekatan impresionistik dan fragmentaris. Cara penelitian ini juga empiris dalam artian bahwa penelitian tersebut mendasarkan diri kepada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku dan tidak berdasar pada pendapat subyektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
c.       Fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan on the spot the experimentation dan inovasi.
d.      Walaupun berusaha supaya sistematis namun penelitian tindakan kekurangan ketertiban ilmiah. Karena itu validitas internal dan eksternalnya adalah lemah. Tujuannya situasional, sampelnya terbatas dan tidak representatif, dan kontrolnya terhadap variabel bebas sangat kecil. Karena itu, hasil-hasilnya walaupun berguna untuk dimensi praktis. Namun tidak secara langsung memberi sumbangan kepada ilmunya.


4 komentar:

  1. ass,,mksih y kak Annisa..
    smg mnjd berkah..,, numpang ngopi y kak..

    slm knal,, dan kapan2 mampirlah ke blog aku :)

    BalasHapus
  2. oke..silahkan kalau bermanfaat..^_^
    oke insya Allah mampir..

    BalasHapus
  3. assalamualaikum maaf boleh bertanya kalau tentang penelitian deskriptif itu halaman berapa ya?

    BalasHapus